Petualangan Hidup

Banyak dari kita mungkin telah terjebak dalam sebuah rutinitas yang di jalani setiap hari. Seorang anak, di paksa bangun pagi untuk bersiap2 berangkat kesekolah, setelah itu pulang, bermain, belajar dan tidur di akhir hari. Seorang ibu rumah tangga, yg sehari2 bangun pagi menyiapkan makanan setiap pagi untuk sarapan keluarga, setelah itu berbelanja, kepasar, mempersiapkan kembali makanan untuk santap siang, dan malam. Setelah mulai senggang banyak dari mereka meluangkan waktu dengan menonton sinetron, membaca tabloid, bahkan tak dinyana banyak yg memanfaatkan untuk ngobrol ngarol ngidul sampai ngerumpi urusan yg gak jelas manfaatnya.
Seorang ayah, yang memulai harinya dengan sarapan, berangkat kerja, bekerja hingga malam, dan akhirnya pulang kerumah dan kembali tidur di ujung malam.
Demikian sekelumit kegiatan yang terjadi di kehidupan banyak manusia pada umumnya. Memang hal tersebut bukanlah sesuatu yang buruk, akan tetapi hidup bukanlah di tujukan sekedar mengisi perut, dan setelah itu melakukan rutinitas aktivitas. Akan tetapi kita mesti belajar memahami dan yang terpenting “menyadari” apa makna dari keberadaan kita di dunia ini.
Ada sebagian faham dimana keberadaan manusia hanya untuk sekedar menikmati hidup, menjalaninya dan menikmati manis dan indahnya kehidupan. Akan tetapi tatkala seorang manusia di hadapkan dengan kesulitan, dengan serta merta dia akan menjerit, menangis, dan bermohon di lepaskan dari jerat kesulitan tersebut.
Saat manusia menikmati kesenangan, layaknya pikiran mereka hanya tertuju pada kesenangan tersebut, tanpa berupaya menyadari dari mana kesenangan itu berasal dan berupaya sekuat tenaga agar kesenangan itu bisa tetap berada dekat dengan dirinya. Akhirnya terjadilah sebuah ke “rutinan” baru yg bernama mengejar kesenangan. Saat belum senang, mereka belajar dan menggapai bagaimana mendapat kesenangan. Begitu mereka samapai pada tataran kesenangan, mereka belajar dan berupaya bagaimana mempertahan kesenangan tersebut. Terus dan terus siklus tersebut berjalan menjadi suatu aktifitas rutin dalam setiap kehidupan manusia.
Namun inilah dunia, banyak hal dimana yg kita anggap kesenangan ternyata belum tentu menyejukan hati. Tatkala kita berupay mencapainya, ternyata kita dihadapkan berbagai macam kesulitan untuk menggapainya. Saat kita berupaya mempertahankan kesenangan ternyatapun tak mudah karena kerap kali di ganggu oleh pihak lain yang iri atau bahkan hendak merebut kesenangan dari kita. Dan begitu banyak lagi kenyataan bahwa untuk menggapai kesenangan ternyata berbuah “ketidak nyamanan”.
Barangkali kita perlu untuk memahami kembali apa makna hidup kita. Bahwa kesenangan adalah karunia, dan kesulitan juga merupakan karunia dari Tuhan. Perjalan hidup seorang manusia, tak akan mungkin akan senang seumur hidupnya, dan begitu pula sebaliknya tak mungkin mengalami kesulitan terus menerus. Perjalanan hidup setiap manusia pasti terdiri dari dua unsur tersebut. Senang dan susah.
Hal yang terpenting adalah “menyadari” tujuan/makna menjalani senang dan susah tersebut. Kita perlu meluruskan mindset kita bahwa hidup ini adalah sebuah petualangan.
Kita mungkin mempunyai keinginan untuk menjadi “apa” yg kita inginkan. Namun siapa yang dapat menggaransi kita akan sampai kepada “apa” yg kita inginkan. Dan kita juga tidak pernah tahu dalam proses pencapaian “apa” tersebut kerap kita mendapati kekecewaan dan berbagai hal yg tidak kita sukai. Hal itulah yg mestinya menjadi dasar kita bahwa apapun yg terjadi itulah petualangan hidup yang harus kita jalani. Apapun yang kita jalani, mestinya di jadikan sebuah upaya kita memaknai petualangan kita sebagai sebuah ibadah kita kepada sang pencipta. Bahwa setiap kejadian adalah karunia dan mungkin juga ujian yang membuat kita makin kokoh dan bijaksana. Dengan memahami makna petualangan hidup, diharapkan hati kita tidak di buat terombang ambing oleh turun naiknya ombak perasaaan hati. Dimana kesadaraan tersebut akhirnya berbuahkan “IKHLAS”. Mau menerima apapun yang terjadi, menjadi bijaksana dalam mensikapi, menjadi kuat dalam menghadapi, dan menjadi sadar tujuan akhir petualangan hidup kita tak lain adalah TUHAN.
Semoga kita menjadi petualang hidup sejati yang mampu memaknai petualangannya dan menjadi arif dan bijaksana serta menggapai IKHLAS terhadap setiap karunia yg TUHAN berikan.

Sudrajat Aryadi
Sang petualang hidup @ Bekasi, 13 Juni 2010

1 komentar:

Oky Alexander mengatakan...

Setuju..! Artikel yang sangat dalam.. Pada intinya kesenangan atau kesedihan itu berasal dalam diri kita sendiri dan kapasitasnya pun tergantung bagaimana kita menyikapinya...

Dan yang terpenting dalam menyikapi hal tersebut adalah selalu bersyukur kepada sang pencipta..

Thanks for sharing..

Posting Komentar

 
Copyright © Jendela Pengetahuan